MAKNA TOTALITAS KARIER ISMED SOFYAN
MAKNA TOTALITAS KARIER ISMED SOFYAN

"Pemain bintang akan hadir silih berganti, tapi tidak bagi mereka yang layak disebut sebagai seorang legenda," ujar Diego Armando Maradona. Ucapan mendiang legenda Argentina itu sangat layak disematkan pada figur Ismed Sofyan. 

Bang Haji, demikian panggilan yang akrab pada dirinya, membuktikan totalitasnya selama kariernya di Persija Jakarta. Banyak yang tidak mengetahui bahwa dulunya Ismed meniti karier sepak bola profesionalnya sebagai striker. 


Posisi itu menjadi debut kariernya saat mencicipi kariernya sejak di SSB hingga di Diklat PPLP Medan. Namun kemudian, pria kelahiran Tualang Cut Aceh pada 28 Agustus 1979 ini berpindah posisi sebagai bek sayap karena berlimpahnya hingga lima pemain untuk stok penyerang saat membela tim Pelajar Indonesia pada turnamen di India 1997. Ismed meniti karier juniornya dengan bergabung bersama Diklat Ragunan pada 1996-1997. 

Pria yang memiliki sosok idola Gary Neville ini akhirnya menemukan posisi terbaiknya dalam bermain bola sebagai bek sayap sejak saat itu hingga naik ke tim nasional bersama Timnas U-19 hingga Pra-Olimpiade 2000. Kemampuan Ismed makin terasah ketika bermain bersama Anang Ma'ruf dan Aji Santoso di tim nasional Indonesia. Debut tim nasional senior dimulai saat masih berusia 21 tahun pada 13 Oktober 2000. 

Pentas Garuda 

Ia pun tergabung pada Tim Garuda yang bermain di putaran final Piala Asia 2000 di Lebanon, 12-29 Oktober 2000. Ismed bergabung bersama para legenda Hendro Kartiko, Aji Santoso, Bejo Sugiantoro, Nur'Alim, dan Slamet Riyadi. 

Setelah sempat memperkuat PSBL Langsa pada 1997 hingga 1998, karier profesionalnya berlanjut saat memperkuat Persiraja Banda Aceh pada 1998 hingga 2000 dengan 25 penampilan, dilanjutkan saat memperkuat Persijatim pada 2000 hingga 2002 dengan 41 kali tampil dan 3 gol. 


Setelah itu karier cemerlangnya berlanjut saat bergabung bersama Persija Jakarta pada 2002, satu musim setelah Persija tampil sebagai juara Liga 1 2001. Ismed bermain lebih dari 390 laga dan mencetak lebih dari 18 gol bersama Macan Kemayoran. 

Umpan-umpan silang terukurnya begitu memanjakan penggedor Persija, seperti Greg Nwokolo, Emmanuel Kenmogne, Bruno Lopes hingga Bambang Pamungkas. 

Gengsi Persija

Bukti totalitasnya tergambar dari penampilan yang meluap-luap saat di tengah lapangan, hal ini yang menjadi inspirasi dan panutan bagi pemain muda di Persija Jakarta. Iapun tidak gentar jika harus bertarung di kandang lawan, bahkan jika lawan itu adalah rival abadi bagi Persija Jakarta. 

Trofi pertamanya diraih saat Persija meraih trofi pra musim, Piala Emas Bang Yos 2003 yang dimenangkan melalui drama adu penalti dengan skor 4-1 kontra Persebaya Surabaya setelah laga berakhir 0-0. 

Meski bermain sayap, Ismed-pun punya pencapaian luar biasa ketika mampu mencetak gol indah dari dari 35 meter kontra Persik Kediri yang dikawal Kurnia Sandy saat bermain di Stadion Lebak Bulus pada 29 Maret 2007 lalu. Gol itupun disahkan sebagai gol terbaik se-Asia Tenggara. 


Bang Haji yang kini sudah mengantongi lisensi pelatih B AFC itu juga menjadi bagian penting saat Persija Jakarta meraih gelar juara Treble Winner 2018, dua gelar juara pra musim (Boost Sportsfix Super Cup dan Piala Presiden) serta Liga 1 2018. 

Kini perjalanan Ismed bersama Persija Jakarta sampai pada terminal terakhir. Suka atau tidak, sebuah perjalanan harus berakhir. Bang Haji tetap ada dihati sampai kapanpun. 

Sukses terus Bang Haji!