94 BINTANG PERSIJA: KEJAYAAN DAN PERIODE UJIAN SULIT (1970-1990)
94 BINTANG PERSIJA: KEJAYAAN DAN PERIODE UJIAN SULIT (1970-1990)

Persija Jakarta kembali bersinar di era 1970-an. Dalam satu dekade itu, Macan Kemayoran berhasil meraih gelar Perserikatan sebanyak tiga kali. 

Setelah terakhir meraih gelar pada edisi 1964, Persija memutus tren negatif pada 1973. Kala itu, sepak bola Jakarta memang sedang memasuki momen emas. Selain Persija menjadi juara, Jakarta pun sukses di Pekan Olahraga Nasional (PON).

Salah satu pemain yang membawa Persija juara 1964, Sinyo Aliandoe, didapuk menjadi juru taktik tim pada 1973. Di laga pamungkas untuk penentuan gelar, tim besutan Sinyo bersua kesebelasan asal Surabaya, Persebaya. 

Di laga penentuan tersebut, Sofyan Hadi dkk. menang dengan skor 1-0. Bermula dari umpan Risdianto, Andi Lala kemudian melepaskan diri dari penjagaan pemain lawan lalu berhasil merobek gawang Persebaya. Gelar 1973 pun tercatat milik Persija.


Gelar Perserikatan selanjutnya hadir pada edisi 1975. Sebagian nama yang berkontribusi mendapatkan trofi sebelumnya masih dipercaya berada dalam tim, salah satunya Iswadi Idris yang baru kembali dari Australia.

Di momen puncak, Oyong Liza dan kolega bertemu dengan PSMS Medan. Koran Pelita mengabarkan bahwa ada sekitar 125.000 penonton yang hadir di Stadion Gelora Utomo Bung Karno (GBK) Jakarta. 

Diselimuti dengan atsmosfer yang meriah lantaran para suporter sangat menantikan duel kedua tim, sayangnya laga berjalan tidak mulus. Pertandingan diwarnai dengan kekisruhan di dalam lapangan sehingga dinilai tidak ideal untuk disudahi hingga tuntas.

Akhirnya dalam kedudukan sama kuat 1-1, Ketua Umum PSSI saat itu, Bardosono, memutuskan untuk memberikan juara bersama kepada Persija dan PSMS. Momen itu menjadi satu-satunya di kompetisi nasional terdapat dua juara sekaligus.

Trofi selanjutnya diraih pada 1979. Setelah Sinyo Aliandoe berhasil membawa anak didiknya meraih dua gelar, posisi arsitek tim beralih ke sosok asal Polandia, Marek Janota. Ia dikenal sebagai pelatih yang tegas dan tek kenal kompromi terhadap ketidakdisiplinan.

Pertandingan penentuan kembali hadir di laga vs PSMS. Kali ini Persija meraih kemenangan 2-1. Salah satu pencetak gol adalah Andi Lala yang tercipta pada menit ke-64. 

Gelar 1979 menjadi penutup dekade emas Persija di era 1970-an. Sayangnya, tiga gelar di era itu tidak bisa dilanjutkan di periode 1980-an yang dilewati Persija tanpa gelar satu pun.

Meski begitu, banyak pemain yang layak disebut bintang di era 1980-an dan pastinya 1970-an.

Sebanyak 33 nama dipilih tanpa mengurangi penghargaan terhadap jasa-jasa pemain lainnya. Mereka adalah Bob Permadi, Iswadi Idris, Arwiyanto, Salomon Nasution, Oyong Liza, Sutan Harharah, Risdianto, Anjas Asmara, Sofyan Hadi, Maman Rochman, Sumirta, Andi Lala, Ronny Pasla, I’im Ibrahim, Junaidi Abdillah, Suhanta, Rully Nere, Dede Sulaiman, Taufik Saleh, Wahyu Hidayat, Adityo Darmadi, Patar Tambunan, Didik Darmadi, Tony Tanamal, Daniel Siley, Budiman Yunus, Rahmad Darmawan, Tiastono Taufik, Patar Tambunan, Marzuki Nyak Mad, Kamarudin Betay, Sudirman, dan Maman Suryaman.

Dalam 94 Bintang Persija edisi keempat akan ada deretan bintang di era 1990-2000-an. Siapa saja mereka? Simak artikel khusus ulang tahun Persija ke-94.