ISMED SOFYAN RAIH 80,4 PERSEN SUARA DALAM POLLING BEST OF THE BEST STORY OF 95
ISMED SOFYAN RAIH 80,4 PERSEN SUARA DALAM POLLING BEST OF THE BEST STORY OF 95

Dalam polling Best of The Best Story of 95, nama Ismed Sofyan mendominasi pemungutan suara di sektor bek kanan. Sosok yang sempat berseragam Macan Kemayoran selama 21 tahun itu memperoleh 80,4 persen suara.


Penasaran bagaimana komentar Ismed soal polling tersebut? Berikut petikan wawancaranya serta komentar dia soal beberapa hal terkait Persija saat ini:


Apa kabar Bang Ismed?

Alhamdulillah sehat.


Dalam rangka memeriahkan ulang tahun Persija Jakarta ke-95, Persija mengadakan poling dengan tema Story of 95 untuk memilih Best of The Best line up Persija. Berdasarkan poling tersebut, Ismed Sofyan terpilih menjadi penggawa terbaik berposisi bek kanan. Bagaimana komentar Ismed Sofyan?

Alhamdulillah yang pertama saya ucapkan terima kasih kepada semua the Jakmania yang telah memilih dan mensupport saya dalam Story of 95 ini. Saya pikir di posisi bek kanan mungkin masih ada senior saya, seperti Anang Ma'ruf, ada juga junior saya Rio Fahmi, ada juga yang lainnya. Tapi, saya bersyukur ternyata nama saya masih melekat di Jakmania. Intinya saya berterima kasih banyak sama the Jakmania atas support dan dukungan selama ini kepada saya dan kepada keluarga. Saya berharap, bukan hanya Persija ataupun the Jakmania, tetapi semuanya, kedepannya bisa lebih baik lagi. 


Hasil poling ini membuktikan bahwa Ismed masih melekat dengan the Jakmania, bahkan ada nama-nama seperti Marco Motta, Anang Ma'ruf, Rio Fahmi, bagaimana menurut Ismed?

Saya sebenarnya tidak menyangka, maksudnya di situ ada Marco Motta, ada Anang Ma'ruf, jadi saya tak menyangka ternyata the Jakmania pollingnya banyak yang memilih saya. Tentu ini surprise, kaget saya dengan hasil polling ini.


Dalam poling kali ini, juara tahun 2018 cukup dominan, seperti Andritany Andritany Ardhiyasa, Jaimerson da Silva, Rezaldi, Riko Simanjuntak, Rohit Chand, Bambang pamungkas, dan Ismed Sofyan. Bagaimana menurut kamu? 

Kalau 2018 menurut saya itu materinya tidak terlalu bagus. Artinya kami materinya itu merata, dibandingkan tim-tim yang lain itu kan banyak yang lebih bagus. Tetapi 2018 itu titik balik kami saat bermain melawan Arema FC, saat bermain di Patriot. Karena saat itu kami di awal musim sempat terseok-seok, draw-kalah, draw-kalah dan terakhir itu kami draw melawan Mitra Kukar hingga akhirnya titik balik itu saat melawan Arema FC kami menang, terus Bulan Ramadan kami menang-menang terus dan bisa berada di empat besar. Tim Persija saat itu cukup solid. Kami waktu itu juara pre-season di Malaysia, terus di perjalanan menjelang kompetisi ada juga Piala Presiden, itu juga alhamdulilah juara. Nah, di kompetisi Liga 1 ini kan persaingan agak sedikit jauh. Saat itu pesaing kami, tim sebelah, selisih poinnya jauh. Tetapi dengan kami konsisten, setiap pertandingan bisa menang dan momentumnya itu saat menang di Bali dengan skor 2-1. Kala itu PSM Makassar bermain draw di Stadion PTIK, di situ lah kami lebih unggul dari pada PSM. 


Siapa dari nama-nama pada era 2018 yang paling berkesan untuk Ismed?

Kalau berkesan, saya pikir semua. Karena saat itu semua bekerja, semua punya etos kerja yang luar biasa, tetapi menurut saya yang paling menonjol, dalam arti dia menjadi pemain kunci adalah Rohit Chand. Pada 2018, jika Persija diibaratkan sebuah mobil, Rohit itu adalah mesin, dia adalah penggeraknya. Kalau dia sudah bergerak, maka semua elemen akan bergerak, kuncinya ada di Rohit Chand. Dia ini juga tidak hanya di lapangan saat bertanding saja, di saat latihan pun dia orangnya fight. Maka pada 2018 saya bisa bilang kunci pemain kami ada di Rohit Chand. Dia itu tipe pemain yang tidak egois, selalu bermain untuk tim. Dia itu orangnya tidak untuk mengejar gelar individu atau titel-titel lain, tapi dia selalu bermain untuk tim.


Selama 21 tahun Ismed bermain untuk Persija, momen apa yang paling berkesan menurut Ismed?

Momen berkesan pastinya banyak karena 21 tahun tentu bukan waktu yang sebentar, pastinya sangat banyak jika bicara momen. Tapi untuk yang paling berkesan itu menurut saya pada 2018, karena pada saat itu, satu musim saja kita bisa meraih tiga trofi sekaligus. Itulah momen yang paling berharga karena untuk saya prestasi adalah suatu kebanggaan, suatu pencapaian, ini adalah sebuah bukti bahwa kerja kami membuahkan hasil. Kami jangan sampai mengecewakan para suporter yang mendukung kami dari awal. Trofi itulah persembahan untuk mereka. Saat itu suporter kemana pun Persija bermain, mereka berangkat. Ke Malaysia, Singapura, bahkan Vietnam pun berangkat pada saat itu. 


Momen menarik Ismed salah satunya terjadi saat laga kontra Persib. Saat itu Ismed terlibat adu emosi dengan pemain mereka, Bojan Malisic, bagaimana tentang momen itu?

Mungkin kalau pertandingan melawan Persib dari awal sudah terjadi gesekan. Artinya pertandingan tersebut memang pertandingan el-classico, selalu ada gesekan, selalu ada drama dan insiden. Sangat menarik pertandingan melawan Persib karena di 2018 itu. Tidak hanya soal syarat gengsi tetapi juga sangat berpengaruh untuk posisi klasemen. Kami datang ke sana berharap mendapatkan tiga poin, demikian juga tim tuan rumah. Alhasil banyak insiden yang terjadi di lapangan. Menurut saya 2018 itu pertandingan yang gila. Sebab, kontrol dua kali, foul, kontrol dua kali, foul. Artinya intensitas pertandingan saat itu sangat tinggi, memang tidak mudah. Tapi saya yakin sama anak-anak, di saat itu kami sudah persiapkan mental. Karena di pertandingan besar itu yang diperlukan adalah mental. Jika kami hanya mengandalkan fisik dan teknik saja itu tidak cukup, kita akan babak belur. Jadi saat itu saya tekankan kepada para pemain, setelah kumpul di tengah lapangan saat itu, saya bilang “jangan pernah takut, kita harus bersama-sama, kita di sini tidak sendiri, kita fokus bermain, dan hasil kerja keras kita akan membuahkan tiga poin”.


Dikenal sebagai salah satu bek kanan terbaik yang pernah dimiliki Indonesia, Ismed sebenarnya pernah bermain di posisi striker. Bagaimana ceritanya?

Orang tahunya saya bermain selalu bek kanan. Padahal sebelumnya saya striker. Saya memulai karir di PPLP Sumatera Utara itu sebagai striker. Saat itu saya mengikuti Pelajar Asia 1996 berposisi striker, pada 1997 baru saya pindah ke posisi bek kanan, kemudian saat usia 19 tahun saya bermain di bek kiri, Pra-Olympic bek kiri. Saat Timnas senior saya bermain di bek kanan atau kiri, kemudian balik ke klub saya saat itu, Persiraja Banda Aceh, saya kembali bermain sebagai striker. Setelah saya keluar dari Persiraja, saya bermain untuk Persijatim Jakarta Timur, saat itu saya bermain sebagai bek dan tidak pernah berubah posisi lagi. Yang minta saya untuk bermain di bek adalah pelatih Edi Santoso asal Solo, itu saat Pelajar Asia 1997 di Ragunan. Momen tersebut karena di sana sudah ada lima striker, termasuk Bambang Pamungkas. Untuk posisi bek di Persijatim saat itu saya sendiri yang memutuskan. Sebab, waktu itu sudah kembali dari Timnas, dan saya di Timnas bermain sebagai bek.


Menurut Ismed, bagaimana kondisi Persija saat ini?

Menurut saya, sekarang kondisi Persija memang sedang kurang positif. Tetapi saya pikir dengan adanya perubahan di putaran kedua ini, head coach  (Thomas Doll) dan manajemen pasti ada evaluasi. Saya pun berharap dengan adanya evaluasi ini, bakal ada perubahan. Saya pun berharap untuk para pemain, semuanya evaluasi diri, jangan mudah star syndrome. Terutama pemain-pemain muda yang sekarang banyak kan di Persija. Mereka harus melihat, bahwa masuk ke Persija ini tak mudah, menggunakan logo di dada ini tidak mudah. Jadi para pemain harus bersyukur bisa ada di Persija. Kalau saya boleh bilang, pemain yang di luar sana itu sangat ingin bermain di Persija. Jadi untuk pemain yang sekarang ada di Persija, jangan menyia-nyiakan kesempatan itu. Saya berharap, di putaran kedua ini Persija bisa bangkit, bisa kembali ke jalurnya dan semoga bisa masuk ke empat besar. Menurut saya peluang Persija masih sangat besar, materi pemainnya ada di grade 1 semua, tak kalah dari tim-tim yang lainnya. Tapi bicara kualitas itu memang jauh. Yang penting para pemain punya tanggung jawab, tidak hanya kepada pelatih dan manajemen, tapi harus ditanamkan ke diri sendiri bahwa Persija ini milik kalian.  


Pesan untuk the Jakmania?

Untuk Jakmania semoga kalian bisa menjadi suporter yang dewasa, suporter yang kreatif, dan tidak anarkis. Saya pikir the Jakmania sekarang sudah berubah jauh lebih dewasa. Jadi, dukung terus Persija, Persija Sampai Mati!