HE’S MY BOY (PART 1)
HE’S MY BOY (PART 1)

Jaman kuliah dulu, sering banget terjadi perdebatan antara saya dengan teman-teman pendukung klub lain. Tudingan yang paling sering terlontar dari mereka adalah “terang aja Persija prestasinya bagus, pemainnya ngambilin dari yang sudah jadi di daerah”. Nama seperti Anjas Asmara berasal dari PSMS Medan Junior. Junaedi Abdillah lama di Persebaya kemudian mengakhiri karir di Persija. Johanes Auri dari Persipura Jayapura. Dan masih banyak lagi. Ini yang membuat saya terobsesi melihat Persija bisa mengorbitkan pemain binaan sendiri atau paling tidak dibina di Jakarta. Ketika Sergei Dubrovin, pelatih Persija saat itu, meminta saya untuk menghubungi dua pemain muda dari SMA Ragunan, tanpa pikir panjang saya langsung bergerak cepat. Sayang ternyata Kurnia Mega sudah lebih dahulu dihubungi Arema Malang lewat pelatihnya Bambang Nurdiansyah. Nama kedua adalah Ramdani Lestaluhu. 


Ramdani tidak langsung kita kontrak. Dia diberi kesempatan untuk mengikuti latihan bersama para seniornya di Persija. Ikut menjalani Pemusatan Latihan di Anyer Banten. Kemudian dari sana Persija mendapat undangan untuk bertanding melawan Persebaya Surabaya di Surabaya dalam rangka mengenang Almarhum Haji Santo, mantan Manajer Persija yang juga pernah menjadi Manajer Persebaya. Persija memang kalah 1-2, tapi satu-satunya gol dicetak oleh anak remaja yang masih baru pertama kali tampil di dunia sepakbola professional. Bukan suatu hal yang mudah bagi pemain muda untuk melakukan debutnya di klub besar melawan klub besar pula dengan pendukung fanatiknya yang siap melakukan terror terhadap tim tamu mana pun. Setelah pertandingan, atas rekomendasi dari Pelatih Sergei, saya yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Tim langsung menghubungi Dani dan membuat perjanjian untuk penandatanganan kontrak setelah tiba di Jakarta. Bayangkan, saat itu usia Ramdani belum lagi genap 16 tahun tapi dia sudah mendapat kesempatan untuk bermain di klub besar Persija dengan deretan pemain bintangnya. Rasanya, Ramdani menjadi pemain termuda saat itu yang dikontrak klub sepakbola professional di Indonesia. Belakangan rekor itu terpecahkan dengan kehadiran Doni Tri Pamungkas di Tim Persija saat ini. 


Kalau Persebaya Surabaya menjadi saksi debut pertamanya bermain di Persija, maka Pelita Jaya adalah klub pertama yang dihadapi Ramdani sebagai debut karir profesionalnya di kompetisi resmi. Kala itu Ramdani masuk menggantikan Atep. Sayang dalam debut ini, Persija harus mengakui keunggulan Pelita Jaya yang kala itu bermarkas di Purwakarta. Partai yang diwarnai kartu merah untuk Hamka Hamzah dimenangkan oleh Pelita Jaya dengan skor cukup telak 3-0. Setelah pertandingan itu, Sergei Dubrovin mulai mempercayakan posisi Hamka pada seorang anak muda berdarah Betawi, M. Robi. 


Pada awalnya Ramdani bermain di Persija menggunakan nomor punggung 28. Ketika Ade Suhendar di tahun 2009 keluar, Ramdani menjadi pemilik nomer punggung 7. Bagi dia nomer tersebut punya arti khusus. Ia menggunakan nomer punggung 7 ketika bermain pertama kali untuk Tim Nasional U-17. Namun sebelum menggunakan nomer tersebut Ramdani sempat berkonsultasi dengan 2 pemilik nomer punggung 7 sebelumnya yang sudah menjadi legenda bagi The Jakmania, yakni Widodo C Putro dan Aries Indarto. Bagi The Jakmania, nomer 7 memang mempunyai makna khusus. Dimulai dari Widodo C Putro yang menjuarai Liga Indonesia 7 kala menggunakan nomer punggung 7. Kemudkan Kapten Aris Indarto yang karena kecintaan the Jakmania padanya, ketika pindah ke Kediri the Jakmania memberikan sebuah spanduk kecil bertuliskan nama Aris Indarto dan no punggungnya 7. Spanduk yang kemudian selalu dipasang oleh Aris setiap Persik Kediri bermain di kandang. Ada juga nama Marwal Iskandar yang karena kedekatannya dengan The Jakmania sempat menjadi Capo dalam sebuah pertandingan, sempat pula pulang naik kereta bareng The Jakmania kala bertandang ke kota lain. Angka 7 memang kalau dibalik akan jadi seperti salam khas The Jakmania, sajete. 


Ramdani semakin berkembang. Posisi starter semakin tak tergoyahkan. Panggilan Tim Nasional juga beberapa kali ia terima. Kehadirannya menambah deretan pemain sayap terbaik di Persija. Di sana ada juga nama Greg dan M. Ilham. Ketika Persija ditangani oleh Pelatih Iwan Setiawan, dalam pandangan saya, kunci permainan Persija ada di Ramdani. Serangan balik banyak diawali dari gerakannya. Kerjasamanya dengan bek senior Ismed Sofyan meyakinkan saya bahwa sektor kanan kita begitu kuqt dan menakutkan bagi lawan. Ada kenangan manis, ada pula kenangan pahit. 2013 Persija memasuki masa sulit. Beberapa pemain yang selama ini begitu identik dengan Persija karena satu dan lain hal terpaksa tidak diperpanjang kontraknya. 


Ingin tahu kelanjutan kisah Ramdani di Persija? Tunggu lanjutannya pada Rabu, 27 Oktober 2021, di website dan facebook resmi Persija.


Tulisan ini adalah milik Ferry Indra Syarif, Fans Manajer Persija sekaligus mantan Ketua The Jakmania.