B A L I
B A L I

Ketika Bali ditentukan sebagai tuan rumah penyelenggara Seri Ke-4 dan 5 BRI Liga 1 2021/22, langsung terlintas di benak saya bahwa ini keputusan yang politis. Untuk membantu perekonomian Bali yang lagi sulit sejak pandemi Covid-19 melanda. Mungkin mereka melihat kenyataan di Jogjakarta saat penyelenggaraan Seri Ke-2 dan Ke-3 dimana hampir seluruh hotel disana penuh. Tidak sepenuhnya pendapat itu benar. Karena di Jogja saat itu menjelang akhir tahun jadi banyak perusahaan yang menghabiskan anggaran dengan melakukan kegiatan disana. Toh sepakbola tetap tidak bisa disaksikan oleh penonton jadi bisa dikatakan arus supporter sepakbola ke Jogjakarta tidak ada. 

Bali memang pantas dianggap sebagai Pulau Dewata. Keindahan pulau ini sudah bisa dinikmati ketika kita berada di pesawat yang akan mendarat. Suasana khas gapura dengan alunan gending Bali menyambut kedatangan kita disana. Jarak hotel Persija Jakarta ke Bandara sangat dekat. Cuma ditempuh dalam waktu 15 menit. Mungkin itu yang menjadi salah satu alasan pemilihan hotel. Setiba di hotel, saya malah mendapatkan banyak alasan kenapa Persija memilih disana. Yang pertama fasilitas fitness yang lengkap. Beberapa pemain yang sedang dalam perawatan bisa leluasa menggunakannya. Yang kedua ada lapangan cukup besar yang bisa digunakan untuk latihan bila satu waktu kesulitan tempat latihan atau hujan yang belakangan memang sering terjadi di Bali. Lapangan itu terletak di dekat pantai, jadi satu waktu Pelatih Fisik juga bisa mengadakan latihan di pantai. di rooftop juga ada kolam renang yang bisa digunakan pemain sambil menikmati pemandangan sekitar hotel. Faktor lain yang menunjang adalah tidak adanya wisatawan lain yang menginap disana. Jadi mulai dari protokol kesehatan, menu makanan hingga pengaturan kamar, Persija bisa lebih leluasa.

Di dekat hotel, jalan kaki 5 menit ada Minimart. Geser dikit beberapa meter ada Circle K. Di ujung jalan ada Restoran Kecil Masakan Cina. Selebihnya? Bali seperti kota mati. Banyak sekali toko, restoran, hotel dan tempat hiburan tutup. Ada yang mencoba bertahan tapi sepinya pengunjung membuat mereka lebih banyak duduk-duduk depan tokonya masing-masing. Wisatawan asing yang biasanya tumpah ruah berjalan kaki di hampir semua sudut, kali ini tidak terlihat sama sekali. Praktis, bule bisa dihitung dengan jari. Sesuai dengan penuturan supir taksi yang saya gunakan dari bandara, “Bapak penumpang saya yang pertama ini, dari pagi saya teriak sampai serak cari penumpang baru sore ini dapat”. Jarak 7 menit dari hotel juga ada masjid yang biasa digunakan anggota Tim Persija untuk melaksanakan Sholat Jumat. 


Berbeda dengan Persija, tim Liga 1 lainnya banyak yang memilih hotel di kota Denpasar. Ibukota propinsi ini lebih terlihat ramai. Sangat mudah mencari café atau tempat makan yang buka. Jarak hotel menuju 3 stadion yang digunakan juga cukup dekat. Tidak sampai sejam mereka sudah bisa tiba di lokasi tujuan. Saya sempat berkunjung ke salah satu hotel tempat Tim Liga 1 menginap. Suasana disana lebih ramai karena banyak juga wisatawan lokal yang menginap, termasuk salah satu kerabat yang saya kunjungi. 

H-1 menjelang pertandingan melawan Persita Tangerang, pagi harinya ada PCR wajib bagi seluruh anggota tim. Sore harinya Persija melakukan Official Training di lapangan GOR Trisakti. Malamnya kita dikejutkan dengan hasil PCR yang menyatakan Riko Simanjuntak, salah satu pemain kita, dinyatakan positif. Padahal Riko sama sekali tidak menunjukkan gejala. Tetap ceria kayak anak SMA baru dibeliin motor. Keesokan harinya semua anggota tim dilakukan antigen dadakan dan hasilnya negatif. 28 Januari dilakukan lagi PCR dan didapati Maman Abdurrahman positif. Sontak seluruh anggota tim kaget. Maman yang kerjaannya cuma main UNO bareng Adixi (Lenzivio) dan Andritany (Ardhiyasa) di kamar aja masih bisa kena. Covid memang susah ditebak pergerakannya. 

Bukan hanya Persija yang kena. Persib kabarnya sembilan pemainnya positif Covid-19. Arema juga kabarnya kena. Tidak menutup kemungkinan tim lain juga banyak yang kena. Situasi di Jakarta dan kota-kota lainnya terutama di pulau Jawa juga meningkat kasus pandemi varian Omicron, varian baru Covid. Itu sebabnya timbul pemikiran saya, apakah tidak sebaiknya Liga dihentikan sementara? Varian baru ini, meski kabarnya tidak lebih berbahaya dari Delta, tapi penyebarannya lebih cepat dan mudah. Rasanya perlu protokol kesehatan baru untuk mengantisipasi pergerakannya. Pemikiran ini sama sekali bukan untuk menguntungkan tim saya. Ini untuk kebaikan sepakbola kita. Istirahat sekitar 2 minggu dengan sistem protokol kesehatan yang baru. Termasuk kesiapan stadion, hotel, lapangan latihan, serta transportasi yang digunakan. Kabarnya akan diadakan Manajer Meeting untuk membahas hal ini. Semoga keputusan terbaik untuk sepakbola Indonesia yang lebih dikedepankan.

Tulisan ini milik Ferry Indrasjarief, Manajer Fans & External Relations Persija sekaligus mantan Ketua Umum The Jakmania.