Mauricio Souza datang bukan sebagai penyelamat yang menjanjikan keajaiban. Ia datang dengan pemahaman utuh bahwa berada di kursi pelatih Persija adalah berada di pusaran badai, badai ekspektasi, badai sejarah, badai cinta yang kadang meledak menjadi kekecewaan.
Mauricio tidak datang dengan ilusi bahwa peran ini akan nyaman. Ia datang dengan kesadaran penuh bahwa kini ia memikul warisan sejarah panjang dan gairah tanpa henti dari para suporter, the Jakmania.
Baginya, target dari klub dan ekspektasi suporter adalah keniscayaan dalam dunia sepak bola. Di mana pun ia berdiri di pinggir lapangan, dua hal itu akan selalu mengikuti.
Ia bukan sekadar arsitek strategi, melainkan harus menjadi penyelaras harapan, pembaca emosi, dan pemegang amanat sebuah kota serta warganya.
“Saya rasa hal pertama yang harus dipelajari oleh pelatih sepak bola adalah bagaimana hidup dengan penuh tekanan. Indonesia tentu tidak berbeda dengan negara lain, tekanan itu akan selalu ada dan terjadi di mana pun,” kata Mauricio Souza.
“Kami harus bisa menjadikan hal tersebut sebagai dorongan karena mereka pasti akan selalu ada di sisi kami,” tuturnya lagi.
Tanggung jawab Mauricio bukan kepada manajemen saja, tetapi juga kepada The Jakmania. Cinta Jakmania pada Persija bukan cinta yang basa-basi.
Jakmania selalu menunjukkan keberadaannya sebagai suporter paling setia. Macan Kemayoran tercatat sebagai tim teratas dengan jumlah penonton terbanyak di laga kandang. Total penonton dari keseluruhan laga kandang Persija adalah 262.031. Angka itu menjadi yang tertinggi dibandingkan 17 kontestan lainnya.