FAKTA PERSIJA: ADA 5 SAUDARA KANDUNG YANG MAIN PADA MUSIM YANG SAMA DI PERSIJA
FAKTA PERSIJA: ADA 5 SAUDARA KANDUNG YANG MAIN PADA MUSIM YANG SAMA DI PERSIJA
Tradisi kakak beradik di sepak bola ini bukan hal yang baru karena sudah berlangsung sejak bertahun-tahun yang lalu. Tentunya jadi tradisi yang menarik ketika ada kakak beradik di dalam satu tim. Banyak tim-tim sepakbola baik di dalam maupun di luar negeri yang memiliki kakak beradik di dalam skuadnya. Termasuk tentunya di kubu Persija Jakarta. Dalam skuad Persija 2020 misalnya, terdapat dua pemain kakak beradik, Rezaldi Hehanussa dan Al Hamra Hehanussa. Keduanya sudah satu tim bersama sejak dua musim lalu. Rezaldi menjadi andalan Macan Kemayoran untuk mengisi pos bek kiri. Sementara untuk Hamra biasa mengisi posisi bek kanan maupun bek kiri. Tapi, tahukah Anda, jauh sebelum Hehanussa bersaudara di tim, Persija pernah diperkuat kakak beradik lainnya di musim sama. Siapa saja mereka? Berikut penjelasannya. Soentoro bersaudara bisa dibilang menjadi pembuka pemain kakak beradik di Persija. Keluarga Soentoro Djajasapoetro memang dikenal dengan gila bola. Ini terlihat dari tiga anaknya bisa masuk Persija melalui klub PS Setia dan IPPI Kebayoran, yakni Soegija, Soegito dan Soetjipo. Sayangnya, ketika Persija menjadi tim hebat pada tahun 1964, hanya Soegito dan Soetjipto saja yang merasakan label tersebut. Keduanya menjadi andalan di lini depan saat Persija menjuarai kompetisi PSSI tahun 1964 dengan catatan tanpa terkalahkan. Generasi emas Soentoro mencapai puncak kejayaannya di tahun tersebut. Selanjutnya ada dari keluarga Betawi Petamburan, Djali yang memberikan sumbangsihnya kepada Macan Kemayoran. Tiga anaknya pernah membela Persija pada era 1970an, yakni Sumirta, Suhanta & Supendi. Seperti Soentoro bersaudara, hanya Sumirta dan Suhanta yang melejit namanya. Keduanya menyumbangkan gelar juara PSSI untuk ketujuh kalinya dalam sejarah Persija pada musim 1973. Sementara Supendi memang tidak terkenal dibandingkan kakak-kakaknya. Meski demikian, Supendi menjalankan tugasnya dengan baik sebagai pemain pelapis, termasuk saat dirinya bermain sebagai penggant Iswadi Idris dalam laga melawan Ajax Amsterdam tahun 1975. Nama kakak adik berikutnya yang bergabung Persija di satu tim adalah Darmadi bersaudara. Adityo dan Didik Darmadi datang ke Persija saat hampir terancam degradasi pada musim 1985. Mereka masuk setelah bergabung dari Indonesia Muda Solo ke Indonesia Muda di Jakarta, sehingga sudah bisa dimainkan Persija. Kehadiran Darmadi bersaudara jadi angin segar bagi Macan Kemayoran. Bagaimana tidak, prestasi Persija langsung melejit ketika keduanya bermain. Didik yang bermain sebagai full-back selalu sulit ditembus sayap lawan, termasuk oleh pemain top seperti Ajat Sudrajat. Sedangkan Adityo Darmadi adalah bomber maut Persija. Sosoknya selalu menjadi momok pertahanan lawan termasuk tentunya duet Persib, Robby Darwis dan Adeng Hudaya. Prestasi terbaik keduanya membawa Persija meraih gelar runner-up di Kompetisi Divisi Utama Perserikatan tahun 1988. Generasi kakak beradik di Persija pada musim sama berlanjut ke anak dari Adityo Darmadi. Kedua kakak dan adik dimaksud yakni Andro Levandy dan Adixi Lenzivio yang membela Persija pada Indonesia Super League musim 2015. Sayangnya keberadaan kedua kakak adik ini tidak bisa berlangsung lama di Persija karena kompetisi dihentikan. Kini, setelah tak di Persija, Andro fokus pada kuliahnya dan meneruskan kerja. Sedangkan sang Adik sempat vakum lama karena menerukan kuliah, ia kembali ke skuad Macan Kemayoran pada musim lalu.