KISAH RISKY SUDIRMAN YANG BERSIMPANG JALAN DENGAN SANG AYAH
KISAH RISKY SUDIRMAN YANG BERSIMPANG JALAN DENGAN SANG AYAH
Semasa aktif bermain, Sudirman merupakan salah satu bek tangguh di sepak bola Indonesia. Ia menjadi langganan tim nasional untuk beberapa tahun, bahkan menjadi penentu kemenangan Merah-Putih pada final cabang sepak bola Sea Games 1991. Beberapa tahun berselang, nama Sudirman tetap dekat dengan penggemar bal-balan tanah air. Hanya saja kini bukan tentang kegarangan pria yang akrab disapa “Jenderal” tersebut di lapangan hijau, tapi lewat sang anak, Muhammad Risky Sudirman, di bawah mistar gawang. Ya, Risky memang memang memilih menjadi kiper alih-alih pemain belakang seperti sang Ayah. Terkait pilihan tersebut, Risky punya kisah sendiri. Pesepak bola 19 tahun tersebut bahkan mengaku sama sekali tidak tertarik untuk menjadi bek seperti ayahnya. “Entah kenapa, saya sama sekali tidak tertarik menjadi pemain belakang. Malahan, saya adalah seorang striker saat mulai berlatih di sekolah sepak bola (SSB) Villa 2000,” kata Risky pada Senin (5/7). Posisi penyerang dinilai Risky kala itu lebih menarik karena bisa mencetak gol ke gawang lawan —perihal yang jarang didapat seorang pemain belakang. Ia baru bersalin posisi pada usia sepuluh tahun saat pelatih meminta dirinya mengisi pos kiper. “Pelatih saat di SSB meminta saya menjadi penjaga gawang karena badan saya tergolong tinggi untuk anak-anak. Jangkauan saya juga dinilai lebih panjang,” ungkapnya. Perubahan posisi itu rupanya berbuah baik. Belakangan, Risky terus berkembang dan bergabung dengan Elite Pro Academi (EPA) Persija, sampai akhirnya dipromosikan ke tim utama Macan Kemayoran. Lantas, bagaimana tanggapan sang Ayah atas pilihan posisi Risky? “Eggak ngomong apapun. Tapi beliau selalu memberi motivasi kepada saya, bahwa sejatinya pilihan apapun tetap baik asal mau berusaha dan bekerja keras,” pungkas Risky, sembari tersenyum.