Tepat lima tahun lalu, salah satu legenda Persija Jakarta yakni Sinyo Aliandoe menghembuskan napas terakhir karena sakit jantung.
Sosok Sinyo Aliandoe tak terpisahkan dengan Persija Jakarta. Ia sosok legenda sesungguhnya Tim Macan Kemayoran. Di klub tersebut sukses sebagai pemain dan pelatih.
Sebagai pemain, Sinyo salah satu pemain andalan di era Endang Witarsa. Saat itu dengan mayoritas pemain muda seperti Anjas Mara, Yudo Hadiyanto, dan Iswadi Idris, sukses membawa Persija saat itu lampiun kasta elite Perserikatan edisi 1964 dengan rekor wah, tak pernah kalah dan rekor gol yang sensasional. Menjalani delapan pertandingan Persija menang tujuh kali dan sekali meraih hasil imbang. Sepanjang kompetisi mereka mencetak 34 gol dan hanya kebobolan tiga gol saja.
Seusai gantung sepatu, Sinyo memulai karier baru sebagai pelatih. Tangan emasnya membawa tuah. Ia sukes membawa Persija di tahun pertama melatih. Saat itu Persija sukses menang atas Persebaya dengan skor 1-0 yang dicetak Risdianto.
Dua tahun berselang, Sinyo kembali mengantar Persija menjadi kampiun perserikatan. Sistem kompetisi berubah. Pertandingan putaran final digelar dengan sistem turnamen. Menariknya, Persija di akhir kompetisi harus berbagi gelar dengan PSMS.
Tentunya dari fakta diatas sepatutnya tidak boleh melupakan jasa Sinyo Aliandoe untuk Persija.