ANTARA CINTA DAN BENCI
ANTARA CINTA DAN BENCI

Salah satu dari dua pertandingan yang paling di tunggu di Liga 1 Indonesia tinggal menghitung hari, 2 Oktober 2022 nanti Persija akan bertandang ke Bandung untuk melawan Persib, satu pertandingan lain yang di tunggu adalah Persija bermain kandang melawan Persib. Ya memang, Persija melawan Persib selalu menjadi hal yang hangat di Indonesia, yang konon katanya siarannya di televisi selalu memuncaki peringkat rating acara televisi.


Musim ini tidak ubahnya musim-musim sebelumnya, tensi sudah meningkat jauh-jauh hari sebelum pertandingan, psywar di sosial media sudah dimulai bahkan sebelum tiket pertandingan dijual. Seperti biasa, pendukung Persija dilarang hadir oleh kepolisian. Mungkin memang tugas kepolisian itu melarang, bukan mengamankan. Mohon koreksi saya bila salah.


Walaupun suasana menjelang pertandingan masih selalu sama, saya mengalami banyak perubahan pada kepribadian saya. Harus saya akui, beberapa tahun yang lalu saya masih amat sering terlibat dalam keributan dunia maya menjelang pertandingan, atau setidak-tidaknya sibuk menjelekan tim lawan yang selalu saya anggap pencapaiannya ada di bawah Persija. Namun masa-masa itu sudah berubah, energi saya sudah tidak sebanyak dulu untuk menanggapi postingan sosial media dari pendukung Persib, kesibukan juga membuat saya memilih untuk mengabaikan berita-berita olahraga di luar Persija sehingga saya tidak tahu banyak kondisi tim lawan. Yang paling penting, saya merasakan tidak adanya faedah untuk menjadi pendekar dunia maya. Tapi riuh rendah keramaian di linimasa rasanya tidak berubah. Kalaupun tidak memulai, saya masih sangat sering melihat teman-teman pendukung Persija terpancing dan menanggapi unggahan provokasi.


Saya amat sangat mafhum bahwa psywar merupakan bagian tidak terpisahkan dari pertandingan Persija melawan Persib, namun acap kali psywar menjadi bahan bakar yang pada akhirnya menyalakan api permusuhan. Tidak jarang permusuhan tersebut berakhir pada keributan, bahkan hilangnya nyawa anak manusia. Masih ingat dalam ingatan saya Haringga, Agen Astava, dan Rizal Yanwar Saputra, tiga orang yang kehilangan nyawa karena permusuhan. Pada saat itu saya masih menjadi pengurus pusat The Jakmania, beberapa kali saya datang menemui keluarga, teman-teman, maupun komunitas dari korban. Aura kesedihan dan muramnya muka semua orang pada saat itu masih sangat lekat dalam ingatan saya.


Dari dalam lubuk hati terdalam, saya tidak ingin melihat pemandangan menyedihkan itu lagi. Tidak ada satu nyawa pun yang layak hilang hanya karena rivalitas klub sepak bola. Mungkin pendapat yang saya tulis ini tidak populis, tapi ini adalah pandangan saya. Sudah selayaknya permusuhan ini dicabut dari akarnya. Mungkin rivalitas ini tidak perlu berakhir, tapi permusuhan yang kelewatan ini sudah tidak perlu lagi dilanjutkan.


Seperti yang saya sampaikan di atas, psywar yang terjadi adalah akar yang mengakibatkan permusuhan kebablasan ini. Memangnya untuk apa menanggapi unggahan yang menghina Persija? Hal-hal itu tidak membuat Persija menjadi lebih lemah dan jelek. Begitu pun sebaliknya, banyaknya hinaan terhadap klub lawan tidak membantu Persija menang dalam pertandingan.


Lain lagi mengenai provokasi pendukung Persib yang mengunggah foto mereka menggunakan baju Persib di landmark kota Jakarta, untuk apa kita tanggapi dan membuang energi mencari lokasi mereka? Sudah barang tentu foto tersebut diambil jauh-jauh hari dan bahkan mungkin mereka mengunggah foto tersebut saat mereka sudah tidak ada lagi di Jakarta. Provokasi tersebut hanya dilakukan untuk mengejar popularitas. Menanggapi mereka hanya membuat mereka mencapai tujuannya. Sudahlah, stop making stupid people famous.


Lagipula Jakarta adalah kota yang terbuka, ada berapa banyak pedagang kaki lima di Jakarta yang menjual baju Persib tanpa diganggu atau dirusak barang dagangannya. Untuk apa kita panas hanya karena satu unggahan yang dibuat orang pengecut dan mencari popularitas? Justru sebaliknya, tanggapan yang menunjukan bahwa Jakarta aman dan nyaman bagi semua orang akan menunjukan bahwa kelas kita lebih tinggi dari mereka. Lagipula coba kembali diingat, bahwa kita adalah pencinta Persija, bukan pembenci Persib.


Ketimbang menghabiskan energi untuk adu kuat otot ibu jari dengan mengetik di gawai masing-masing untuk menanggapi provokasi pendukung tim lawan, alangkah lebih baiknya kita bersimpuh memohon pada tuhan, menyelipkan frasa doa untuk tim kita Persija Jakarta, agar bisa menang di Bandung tanggal 2 Oktober 2022 nanti, dan puncaknya menjadi juara Liga 1 Indonesia.


Oleh: Ghazi Luthfi

Pencinta Persija, Anggota The Jakmania