CINTA BERNODA DARAH
CINTA BERNODA DARAH

Saya pernah menegur keras seorang Korlap (Koordinator Lapangan) karena lalai dalam tugasnya. Tidak biasanya dia melakukan hal tersebut, namun entah kenapa hari itu dia banyak melakukan kesalahan sehingga saya tidak sabar untuk menegurnya. “Saya bingung bung. Ini untuk pertama kalinya saya nonton Persija sementara di rumah tidak ada istri dan anak saya”. Ternyata Istrinya meninggalkan dia untuk pulang ke Jawa Tengah dan membawa anaknya ikut serta. Sang Istri merasa tidak terima karena selalu dinomorduakan setiap Persija bertanding. Fanatisme yang bagi sebagian besar orang dianggap tidak lumrah. Tapi Persija memang melumpuhkan logika. 

Di sebuah acara lamaran, baik pihak keluarga calon mempelai wanita maupun keluarga calon mempelai pria sudah mencapai sepakat, hari dan tanggal pernikahan dilangsungkan. Namun mendadak, mempelai pria dengan muka pucat dan suara sedikit tersendat, meminta pernikahan dilaksanakan di waktu yang lain. “maaf pak, kalau bisa hari pernikahan jangan tanggal itu. Karena pas tanggal itu Persija tanding di Senayan”. Permintaan yang membuat kedua pihak tersenyum sambil geleng kepala. Persija memang melumpuhkan logika. 

Dalam sebuah tur tandang, the Jakmania menggunakan jasa transportasi kereta api. Di perjalanan, tiba-tiba salah seorang Jakmania berteriak, “Allahuakbar, anak kedua gue laki-laki juga”. Seruan yang disambut ucapan selamat dari rekan-rekannya di dalam kereta. Sebetulnya ketika akan berangkat tandang, istrinya memang sudah hamil tua. Tapi dia berspekulasi untuk tetap berangkat tandang. Siapa tau kelahiran ditunda demi menunggu Sang Ayah datang. Sekali lagi Persija Melumpuhkan Logika. 

Tubuhnya yang berbobot lebih dari 200 kg tidak pernah mengendurkan semangatnya untuk menyaksikan Persija. Bahkan tur ke Jawa Tengah pun ia jalani. Pada suatu ketika, kereta yang ia tumpangi bersama rombongan the Jakmania mengalami pelemparan batu secara masif bukan dari suporter lawan tapi justru dari suporter yang timnya tidak bertanding. Salah satu batu cukup besar menimpa kepalanya dan darahpun mengucur deras. Beberapa rekan spontan melepas baju untuk membalut luka di kepalanya. Saat tiba di stasiun, saya mencoba menawarkan kendaraan untuk mengantar dia menuju rumah sakit. “Ga usah Bung, ini darahnya udah berhenti kok. Saya khawatir nanti tidak keburu ke stadion lihat Persija”. Akhirnya ia mendapat perawatan medis di stadion. Dengan kepala penuh balutan perban, ia terlihat sangat menikmati pertandingan. Lagi-lagi Persija Melumpuhkan Logika. 

Usianya baru 12 tahun, tapi keinginannya begitu kuat untuk dukung Persija. Padahal suporter lawan belakangan ini memang tidak ramah dengan the Jakmania. Berangkat bersama beberapa rekan yang lebih senior, akhirnya ia berhasil masuk ke stadion dan bergabung dengan ribuan the Jakmania lainnya. Selesai pertandingan, dalam perjalanan pulang, rombongannya beberapa kali mengalami pencegatan. Upaya Polisi untuk mengamankan ternyata tidak optimal. Anak tersebut terkena sabetan senjata tajam pada lengannya. Darah mengucur deras. Tanpa menangis, ia membalut lukanya dengan kaos cadangan yang ia bawa. Beberapa hari kemudian, ia terlihat dalam antrian panjang pendaftaran tur tandang berikutnya. Kecintaannya pada Persija mengalahkan rasa takutnya pada hal apapun. Persija betul-betul melumpuhkan logika. 

5 cerita pendek di atas adalah fakta dan nyata, meski mungkin ada sedikit perbedaan, tapi karena itu hanya masalah daya ingat. Saya coba menggambarkan apa arti PERSIJA bagi the Jakmania. Berangkat bisa patungan sewa bis atau kalau punya duit ya naik kereta. Tidur bisa di stadion, rumah kenalan, atau patungan sewa kamar murah di kota tujuan. Makanpun seadanya. Nasi kucing yang paling favorit. Cuma berisikan tempe kering, atau teri, atau bihun sudah menjadi energi tambahan bagi mereka. Semua mereka jalani tanpa keluhan. Hanya kebahagiaan yang ada. Bahagia karena mereka bisa hadir memberikan dukungan langsung pada tim kebanggaannya Persija Jakarta. 

Demikian juga dengan yang berduit. Berangkat naik pesawat, nginep di hotel bintang, ajak keluarga untuk sekalian wisata ke beberapa tempat dan mengunjungi kuliner favorit di kota tujuan. Tapi kebahagiaan yang paling besar adalah ketika melihat anak-anaknya begitu gembira dan berteriak lantang saat melihat barisan pemain Persija masuk ke lapangan. Anak-anak yang usianya masih begitu dini, berteriak memanggil-manggil nama pemain favoritnya sambil meraih dan mencium lambang monas di kaos yang mereka kenakan. “Simic! … Valdo! …. Rohit! …..”.

Perjalanan pulang akan sangat dipengaruhi hasil pertandingan. Kalau menang, apapun hambatan di perjalanan atau masalah di rumah akan dihadapi dengan tenang dan lebih percaya diri. Tapi bila kalah, sudah kebayang ocehan orang rumah, candaan teman kantor, apalagi tetangga yang lihat kita pulang bawa tas. Pokoknya harus kuat mental. Belum lagi mikirin kerjaan. Dagangan yang belum laku, PR sekolah yang belum dikerjain, tagihan listrik, cucian numpuk. Pokoknya kalau kalah, segala hal yang tidak enak sering terbayang dalam perjalanan pulang. 

Perubahan drastis itu ditentukan hanya dalam waktu 2x45 menit saja! 2x45 menit dimana mereka akan berteriak sekencangnya demi memberi semangat pada Persija untuk meraih kemenangan. Saya mungkin tidak bisa berharap para pemain Persija bersikap seperti 5 cerita di atas. Cinta dan Loyalitas antara Suporter dan Pemain memang beda cara mengekspresikannya. Tapi setidaknya, 2x45 bukan menjadi sebuah penghianatan. Penghianatan terhadap disiplin latihan yang kalian lakukan, penghianatan terhadap disiplin kalian saat mendengarkan arahan strategi dari pelatih, penghianatan terhadap profesi kalian yang sudah menjadikan sepakbola sebagai jalan kalian untuk membahagiakan keluarga. 

Apa keistimewaan Persiraja di mata saya? Mereka sangat menghormati Persija. Mereka sadar materi pemain Persija berada di atas mereka. Untuk itu mereka bermain super disiplin. Sabar menutup semua pergerakan pemain Persija. Dan ketika melihat pemain Persija mulai kendor, Pelatih mereka memasukkan pemain-pemain muda yang punya kecepatan dan serangan balik yang efektif. Mereka berani mengganti salah satu pemain kunci mereka Defri Rizky demi kepentingan strategi yang ingin mereka jalankan. Semua fokus, disiplin dan saling menopang rekan setim. 

Kalau kita ingin menjadi pemenang, mulailah dengan pengakuan bahwa Persiraja memang pantas menang. Tanamkan rasa hormat pada semua lawan yang akan dihadapi. Kenali kelebihan mereka, dan yang jauh lebih penting adalah kenali permainan rekan setim. Kita pernah bermain seperti itu. Ngotot, saling menopang rekan se tim, berani melakukan tekanan, tidak membiarkan lawan berkembang. Kita pernah, dan kita pasti bisa lebih dari itu. Dan semua itu hanya bisa diwujudkan dalam 2x45 menit di lapangan!


Matahari membakar kulit kami

Hujanpun deras membasahi diri

Ga masalah kami sudah sakti

Yang kami tunggu hanya kemenangan

yang kami tuntut hanya perjuangan

O Persija, jawab tantanganku!


Kamu bukan Anak Bawang

Tetapi kamu Sang Pemenang

Ayo main dengan senang

Bikin Jakmania terus goyang


Tulisan ini milik Ferry Indrasjarief, Manajer Fans & External Relations Persija sekaligus mantan Ketua Umum The Jakmania.