PERSIJA MENYATUKAN KITA SEMUA
PERSIJA MENYATUKAN KITA SEMUA

Persija menyatukan kita semua

Hapus segala perbedaan

Semua bersaudara
Persija menyatukan kita semua 


Sepenggal lirik anthem yang sering dinyanyikan bersama setelah pertadingan selesai, dengan para pemain berdiri melingkar di tengah lapangan menambah ikatan emosional antara pemain dan suporter. 


Sedikit berbeda dengan kelompok suporter sepak bola di Indonesia lainnya. Jakmania lahir di Ibu Kota Jakarta dengan beragam kelas sosial, suku, budaya, agama, dan ego membanggakan daerah asal. Menjadikan setiap individu di Jakarta membanggakan identitas daerah asal masing masing. Namun dengan lahirnya the Jakmania semua bisa melebur membentuk rasa bangga terhadap Kota Jakarta melalui sepak bola. Dengan keberagaman Kota Jakarta juga menjadikan the Jakmania lebih memahami apa itu perbedaan. 


Berproses menjadi seperti saat ini bukan lah hal yang mudah dan singkat. Sudah banyak hal yang dilewati, seperti tim kloningan yang tiba-tiba membawa nama dan logo yang sama, gaji pemain yang menunggak, Persija yang harus terseok-seok di klasemen bawah, terusir di kota sendiri menjadikan Persija harus berkandang beratus-ratus kilometer dari Jakarta, konflik dengan satu warna, dan dicap pembuat onar bahkan dianggap penjahat oleh pemimpin Kota Jakarta. Semua sudah dilewati, apakah kita terpecah? Tidak. Kita masih di stadion yang sama, mendukung tim kebanggan yang sama dengan identitas yang sama, yaitu the Jakmania. 


Memang awal musim ini kita mempunyai banyak tantangan yang harus dilewati bersama. Performa tim yang tidak kunjung membaik, sebagai supporter mungkin segala cara sudah dilakukan dari spanduk berisi dukungan hingga spanduk kritikan, memberi dukungan saat match hingga latihan, dan menyanyikan chant semangat hingga kritikan, tidak membuat Persija hingga saat ini kembali ke performa terbaiknya. Tapi apalagi selain tetap mendukung tim kebanggan? Kesal, kecewa, sedih, marah hal yang lumrah. Namun, jangan sampai kita sebagai pecinta Persija malah menyerang bahkan merugikan Persija. 


Dinamika hubungan dengan suporter lain juga menjadi tantangan kita, merangkul yang jauh tidak semestinya merenggangkan rangkulan yang serumah. Namun, bukan menjadi alasan kita tidak merangkul yang jauh. Akan banyak pandangan dan pemikiran dalam hal ini. Tapi, apakah harus memunculkan konflik horizontal dengan sesama the Jakmania? 


Sepenggal lirik “Persija menyatukan kita semua” bukan hanya anthem yang dinyanyikan di akhir pertandingan, Namun seharusnya menjadi pengingat bahwa kita sebagai the Jakmania tetap harus bersatu menghapus apapun perbedaan. Percaya, kita bisa melewati ini semua bersama. 


Oleh: Aziz Muhammad Nadzir

Korwil the Jakmania Kelapa Gading